Memori



Di penghujung malam aku terpekur.
Aku telah menelaah sudut hatiku—hei ..., ada kenangan tentangmu yang kian membeku.

Sudah dua tahun sejak kenganan itu—sebentar lagi menginjak angka tiga; waktu berjalan layaknya peluru yang ditembakkan ke udara. Saat di mana aku menemukanmu di sudut sekolah, selanjutnya waktu perlahan membawaku mengenalmu.

Aku telah menelaah sudut hatiku—hei ..., ada kenangan tentangmu yang kian membeku.

“Tak sedetik pun waktu pantas untuk membenci seseorang. Setiap orang selalu terasa menyenangkan jika yang dipikirkan adalah sisi positif mereka. Selalu lakukan dengan usaha terbaik; agar yang kau hasilkan pun baik—dan frekuensi menyesal semakin mengecil.”
Kutipan darimu saat kita sama-sama menyepi; mencari refleksi atas rasa sunyi. Saat itu, aku selalu mengeluh atas orang-orang di sekelilingku jika selepas momen bersama engkau di waktu-waktu sebelumnya.

“Sejenak rehat, melepaskan kewarasan; menjadi hiperaktif, melupakan segala beban dunia—ah, bukankan itu masa-masa indah yang layak dinikmati?”
Lagi ..., kutipan darimu terngiang di malam yang sepi. Kutipan darimu yang selalu tersusun atas aksara penuh arti.

Untukmu ..., terima kasih telah mengajarkan banyak hal—sekaligus memendam banyak kisah.
Pada akhirnya waktu membuatku tersadar fakta: kau laki-laki dan aku perempuan.

Tak mungkin kedekatan ini selamanya kuharapkan berstatus seutuhnya teman.
Maaf, aku menyukai dirimu.
Tapi cukuplah kusimpan segalanya di larutnya kalbu; perasaan.
Kuala Kapuas, 18 Desember 2012.